Tidak pernah ada rencana untuk menjadikan “Esok” sebagai ujung (bagi siapa saja), setiap manusia pasti berpikir masih ada lusa, masih ada minggu depan atau bulan depan bahkan tahun depan, tapi setelah hari ini, detik ini, aku sadar bahwa banyak yang lupa bahwa ada hari kemarin, kemarinnya lagi, atau minggu kemarin bahkan satu bulan yang lalu aku masih berusaha untuk satu kata yang namanya “besok” , kata yang sangat simpel memang, sekedar “Esok” dan akan dilalui dengan manis (harapannya) atau bahkan buruk (bisa jadi).   

Saat ini aku sedang menunggu dan berhadapan dengan “Esok”, hari yang sangat cepat dengan berbagai aktivitas yang padat (kemarin sampai detik ini), dengan keringat yang tidak semua orang bisa menyentuhnya, manis sekali kata-katanya, ia memang semanis hidup ini, seperti hujan, yang biasanya jatuh air (seperti biasa) dari langit dan kemudian hilang, kering termakan oleh tanah, manusia ini sama, mereka seperti musim, yang berganti setiap hari, mati setiap disetiap menit dan manusia lain sebagai pengganti lahir setiap detik, tidak ada yang tahu apa artinya “Esok”, seperti usia tua yang dilalui usia muda yang terasa cepat, tidak banyak yang sadar tentang arti Esok jika tidak melalui kemarin dengan perjuangan hingga sampai dihadapan yang namanya “Esok”.


Hanya “Esok” tanpa arti, jika tanpa kemarin yang luar biasa.