Ada yang serba pertama hari ini, di Gedung Samanta Krida
Universitas Brawijaya Malang | Rabu, 24 Mei 2017, ketika acara wisuda lulusan
terpadu Lembaga Pendidikan Islam Sabilillah Malang, TK, SD, SMP dan SMA Islam
Sabilillah malaksanakan kegiatan tahunan yaitu Wisuda terpadu tahun ini.
dari kiri-kekanan: Pak Wahab, Pak Umar, Saya, Pak Andy
Dokumentasi: Pak Umar on Instagram // instagram.com/umar_e_m
Sebelum lebih lanjut, saya ingin memperkenalkan dulu, Lembaga Pendidikan Islam Sabilillah Malang seluruhnya mempunyai 4 Guru Seni Musik (foto diatas), yang empat-empatnya ini berasal dari Madura, pulau yang kaya akan garam, bukan kaya dalam bidang industri musik lho ya .. hehehe, dari semuanya itu, yang murni jurusan musik ketika masih kuliah adalah saya, dan selebihnya adalah sarjana ekonomi, bahasa inggris dll. mungkin ini yang membuat saya berpikir beberapa hari sebelum hari ini terlewat, lanjut.
Serba pertama yang terjadi pada saya ini dimulai dari sini,
selamat membaca
Pada sebuah kesempatan, saya lupa harinya, Intinya pada
Obrolan CS Grup, yaitu grup WA yang
beranggotakan saya, Pak Umar (Guru Seni
Musik SMP Islam Sabilillah Malang), Pak Wahab (Kabag Ekstra kurikuler di Lembaga
Pendidikan Islam Sabilillah), Bu elli (Costum), Bu Qoniah (Costum), Pak Dennis
(Ekstra kurikuler SMA) dan Bu Ayu (Costum). Dalam sebuah obrolan sore itu, Pak
Wahab menyampaikan sesuatu yang sejujurnya mengagetkan
saya, yang isinya adalah kurang lebih begini, “berdasarkan Rapimkab lembaga, diputuskan bahwa Pak Fajar akan menjadi
Conductor utama dalam tampilan orchestra SKB Sabilillah tahun ini, selamat!”,
kurang lebih begitulah isinya, kabar itu langsung direspon oleh Pak Umar dan yang lainnya dengan ucapan selamat, sticker tepuk tangan dan lainnya, hal
pertama yang saya lakukan waktu itu adalah berpikir, “apa nggak salah?” pikirku, kemudian saya balas pesan pak Wahab
dengan balasan “Apa nggak Salah mr?”,
namun dijawab langsung oleh pak umar, “wis
lah jar, cemungut!!!”, begitulah kira-kira jawabannya, dilanjutkan Pak
Wahab, “Iya, tidak salah, seluruh
pimpinan menyetujui itu, termasuk kepala sekolah SMAIS, pak Ali”, dari situ
saya menjawab, “Pak Wahab, Pak Umar, saya
belum mampu, masih nggak enak, masih banyak yang lebih pantas dari saya, Pak
Umar, Pak Wahab dan Pak Andy, kenapa harus saya?, tapi yasudah jika itu menjadi
keputusan bersama, saya tidak bisa menolak dengan alasan, mohon bimbingannya,
saya tidak berjanji ini akan lebih baik dari sebelumnya, tapi saya akan menjaga
amanah ini dengan baik”. Tutup obrolan saya waktu itu.
Dari situ hari demi hari terlewat begitu saja, tidak ada
yang berubah dari saya atau yang lainnya, sebelumnya kami terbiasa menyiapkan
tampilan acara bersama-sama, dari SDIS ada pak wahab yang menghandle, SMPIS ada pak Umar, dan saya menggarap materi tampilan
SMA, sebelum nantinya di Tampilkan menjadi satu-kesatuan
Orchestra Simfoni Khazanah Bangsa (SKB)
sabililillah, yang isinya terdiri dari kumpulan Player Violin, Cello, Combo (band), Angklung, Paduan Suara dan lain-lain
dalam satu frame SKB tadi.
Sampai H-3 pada gladi kotor, jujur saja saya masih ragu
dengan apa yang terjadi besok, lusa dan hari H, saya belum siap berdiri disana
menggantikan senior-senior saya itu,
sampai H-1 pun saya masih belum yakin dengan apa yang terjadi besok, masih
belum!, belum lagi kritik dari orang-orang itu yang sejujurnya tidak tahu
bagaimana saya, tapi diluar itu saya percaya mereka menginginkan semua berjalan
baik, dilanjutkan beberapa orang yang sering mendekati saya, ikut merasakan apa
yang menjadi kegundahan saya, tentu mereka mengusahakannya bukan hanya dengan “kata” saja, pak Wahab dan Pak Umar
adalah dua orang yang berpengaruh dalam keyakinan langkah saya menuju hari H,
membimbing, memandu, membantu, menyiapkan segala sesuatu untuk kelancaran
tampilan orchestra tahun ini, mulai
dari materi yang dibawakan anak-anak
orchestra sabilillah dan juga bagaimana saya nanti ketika diatas panggung,
karena jujur saja, menjadi conductor
orchestra, memimpin puluhan anak ini memainkan lagu 1,2 dan 3 dan
seterusnya dihadapan tamu undangan yang banyak itu adalah hal pertama untuk
saya, bersama Pak Luqman (Kabag
Kesiswaan), Bu Syifa, Bu Qoniah dan lainnya, pada gladi bersih semuanya saling
memperhatikan, bergantian mengkritik
kekurangan saya, bagaimana
penampilan saya, banyak juga yang menganggap masih kurang menurut pandangan “awam”
musik, tapi dari Pak Umar, Pak Wahab, Bu Qoniah, yang biasa
mengurusi orchestra ini, saya mendengar
dan melihat sendiri mereka semua mendampingi saya disini, Pak Luqman apalagi, beliau orang pertama yang berdiri mengawasi gerak-gerik kami (tim acara), seperti tidak mau
menyerah dan memberikan banyak energy dan
cara untuk saya agar lebih mudah besok, sebagai balasan saya hanya bisa
menyimpan seluruhnya dalam hati, dan yang penting, saya sudah menyiapkannya
tanpa satu orangpun tahu apa yang akan saya lakukan besok.
Instagram.com/fjrsandy
gladi bersih pun
selesai, sore pada hari selasa, saya didekati oleh pak Andy, salah satu yang
senior urusan musik di Sabilillah, beliau berpesan kepada saya, “tadi sudah oke, sip, besok lebih bagus ya, ingat besok kalau sudah pakai baju hitam panjang, dunia adalah milik kamu, yang lain ngontrak!”,
beliau orang pertama yang memuji saya dengan memberikan kata bagus kepada saya, dari kata sederhana
itu sebenernya saya terpancing untuk menjawab, tapi sudahlah, saya putuskan
untuk mengurungkan niatan tadi dan mengucapkan terima kasih, rasanya ini lebih
baik, saya ucapkan terima kasih pak,
iya.. saya akan lebih baik, saya jawab dengan percaya diri, sebelum saya
kembali pulang, saya mampir ke kos pak umar, saya menyampaikan unek-unek dalam diri saya termasuk bagaimana
menghadapi kritik orang disekitar saya, saya bilang, “Pak Umar, saya sadar, tidak akan bisa memberikan yang menjadi karep,
atau apa yang orang-orang itu harapkan ada pada diri saya, siapapun, mungkin
juga Pak Umar”, tapi beliau langsung menjawab, “oh tidak pak, saya sudah bisa mendapatkan apa yang menjadi harapan saya
di pak fajar, sampean lebih baik dari saya, saya tahu betul bagaimana Pak fajar
melakukannya sebagai conductor, saya sudah melihat apa yang menjadi karep saya
ada dipak Fajar sudah tercapai”, entah beliau berbohong, menghibur saya
atau bagaimana,saya hanya bisa diam dan menyimpan baik kata-kata beliau sebagai
motivasi menuju esok hari, sebelum pulang saya menuju ke Salon untuk vitting dan mengambil baju yang akan
saya kenakan ketika ngonduct besok, sepanjang
jalan yang saya katakana pada diri saya, “jangan
lemah, jangan takut”, bahkan sempat juga saya katakan dalam hati “Ummi’, saya berulang-ulang pula
memanggil nama beliau dalam hati, “doakan
saya besok lancar ya mi’”, dalam keadaan seminggu lebih saya belum
menelepon beliau karena kesibukan ini, (menarik nafas) hah… ini yang paling membuat saya bergetar, mungkin karena
kerinduan saya juga berada disana (rumah) bersama beliau, juga saya bayangkan
bagaimana beliau menjawab “kamu bisa kacong!!”,
yah.. walau ini hanya sebatas angan-angan/bayangan, tapi lumayan membangunkan bulu-bulu kecil dibagian lengan saya ini,
menyentuh sekali. dilanjutkan kata bismillah, bismillah, bismillah dalam hati.
Ketika hari H, sebuah pagi yang cerah, saya dibelakang
panggung, semua orang disekitar memperhatikan saya, memberikan semangat, ada
juga yang mengatakan selamat pagi “conductor”,
dan semuanya, mereka bergantian memandangi wajah dan penampilan saya hari ini,
semua yang melihat saya seperti memberikan energy
baik hari ini, semuanya terlihat baik diantara ketidak siapan saya dari
kemarin-kemarin, sebelum naik panggung, ketika MC memanggil nama saya untuk
naik ke atas panggung sebagai conductor,
jujur tidak secemas kemarin, setelah saya berjalan naik ke pentas, tepuk tangan
dari penonton gedung ini membuayarkan segala kekhawatiran saya sebelumnya, sambil
berjalan saya berkata pada diri saya sendiri, ayo jawab kepercayaan mereka dengan sesuatu yang lebih, usaha itu bukan
kata-kata puisi, tapi kenyataan dan sebuah aksi, dan sepertinya tubuh saya
merespon dengan sangat baik perkataan saya ini, saya merasa bahagia disana,
ditempat asing yang tak pernah diharapkan sebelumnya, ternyata mengasyikkan
sekali berada disini.
Alhamdulillah semuanya terlewat dengan baik, Bu syifa disebelah panggung berkata kepada saya, "bagaimana? sudah lega?", "belum... saya masih penasaran, dan masih kurang", jawab dengan singkat, tak lama kemudian Pak Luqman dan Bu Qoniah datang menghampiri saya yang kebetulan sedang duduk dan mengobrol dengan Jemmy, mas Nako, ayah Alfira Nisa di backstage dan Pak Luqman berkata, "sipp, latiane wingi gak koyok iki lho padahal, maeng iki bedo, sip ya bu qon!! pak fajar selamat!", kebetulan juga waktu itu Bu Rani atau Bu Can saya biasa memanggil beliau (Guru matematika yang cantik) ini lewat, kemudian Pak Luqman menyapanya dan berkata, "Bu Rani, yaopo pak Fajar barusan?, sip kan yo", beliau menjawab dan tersenyum, "iya pak Fajar, bagus banget pak tadi. selamat ya", saya balas "terima kasih bu can", tak lama kemudian sebelum sesi kedua dimulai, Pak Andy pun
dengan wajah yang sangat senang mendatangi saya dan beliau mengatakan bahwa beliau membagikan video saya ketika menjadi conductor di grup wa miliknya yang berisikaan Pak Hartono (Dosen saya ketika masih
kuliah, dosen musik karawitan UM), Pak wido juga dengan caption, “Lagu Aku Bisa, Conduct by. Fajar Sandy
(Alumni Musik UM)”. Pak Andy menunjukkan pesan balasan dari beliau-beliau
dosen saya, “Pak Hartono: Wah wah, keren,
salam untuk kacong (y)”, pak andy menyampaikan salam dari dosen saya itu
dan meminta saya untuk berfoto bersama beliau, kemudian di send langsung di grup WA tadi, saya hanya tersenyum membalas
kejadian ini, saya bahagia dan bangga.
foto bersama Bapak Andy R.W - Tepat disamping panggung sebelum saya naik pada sesi ke-2
Foto diambil dari dokumen menggunakan smartphone beliau
Pada malam harinya seorang dosen saya bernama Pak R. Aprilia
Zandra (Dosen Musik UM dan juga pemilik Citra School of Music Surabaya dan Malang) berpesan lewat WA, kebetulan beliau diberitahu oleh Pak Andy sebelum ini
bahwa saya akan memimpin orchestra di Samanta Krida UB, beliau bertanya di obrolan
nomor WA pribadi saya, “cong, acara orchestra sabilillah mulai jam
berapa?, saya mau datang”, saya langsung menjawab “wah tadi pagi mr, sayang sekali, hehehe”, beliau membalas, “waduh di reminder saya malam hari, anyway selamat ya, sangat ikut
bangga”. saya mengakhiri obrolan itu dengan membalas, "terima kasih, mohon bimbingannya,saya harus belajar banyak mr".
Setelah ini rasanya semuanya sangat baik, beban hari kemarin yang menumpuk tertutup oleh rasa bahagia, tentu saja saya masih belum puas (untuk menghadapi tekanan selanjutnya), hal pertama yang saya lakukan ketika semuanya berakhir adalah mencari Pak Wahab dan Pak Umar, bergantian saya menyalami dan memeluk beliau dan saya ucapkan banyak terima kasih, termasuk bersyukur dalam hati atas bantuan mereka berdua, ucapan selamat datang dari mereka keluarga Sabilillah,
mulai dari Pak Direktur, Asdir, Kepala Sekolah, teman-teman Guru SMAIS yang
menjadi panitia tahun ini, kami (kita smais) sukses, tapi ada juga, nggak
tau kenapa, sahabat saya Ibu Nafiz dan Pak Ghulam (Guru SMAIS) memberikan julukan yang sama
setelah acara, yaitu “maestro” kepada
saya… *ehem, entah apa maksud dan mengapa bisa samaan seperti itu, tidak lupa juga WaKa Kesiswaan SMAIS (Pak Agus) yang slalu membantu saya dalam proses mulai awal hingga selesai acara, jika ini pertandingan, rasanya "man of the match" dalam pertandingan ini adalah beliau hehehe,
Saya harap bisa memberikan yang lebih baik lagi untuk
selanjutnya dengan catatan masih menjadi diri sendiri sebagai Fajar Ari Sandi Arifin, S.Pd, bukan orang lain, mengakhiri tulisan ini saya ingin mengucapkan Alhamdulillah dan terima kasih kepada semua yang
sudah membantu saya dalam proses ini, selanjutnya masih sama, saya akan selalu berusaha lebih dari apa yang
diinginkan orang-orang disekeliling saya, InsyaAllah.
Selesai.
0 Comments